Senin, 16 Februari 2009

HAKIKAT REFORMASI

HAKIKAT REFORMASI
oleh: Sayyid Faridhal Attros Al Kindhy Asy'ari
Guru Besar Perguruan MK Al Mukarramah

Seluruh bentuk adalah simbol, sebagaimana pandangan ahli makrifat, yang dengan jelas menyingkapkan makna yang ada didalamnya. Tiada yang pernah dapat mengetahui secara pasti apakah seseorang itu hanya berada pada tingkat bentuk dan melupakan maknanya. Karena inilah ada kecenderungan atas diri manusia untuk merubah setiap bentuk yang ada, hanya agar dapat mengetahui apa dan bagaimana makna dari bentuk itu sendiri jika terjadi suatu perubahan atas bentuk tersebut, seperti halnya perubahan bentuk (reformasi) yang terjadi di negeri ini.

Sebuah analisis telah mengungkapkan bahwa keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya dan merubah jalan dan garis nasibnya adalah sesuatu hal yang wajar dan manusiawi yang sekaligus merupakan fithrahnya sendiri. Tidak ada larangan bagi manusia untuk merubah nasib dan jalan hidupnya. Manusia berhak untuk hidup makmur, bahagia, dan sejahtera. Firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an menyebutkan ;
" Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ". (QS.13 : 11).

Merubah sesuatu bentuk menjadi bentuk yang lain boleh saja, asalkan kita tahu dan yakin, bahwa apa yang kita rubah itu akan membawa kemanfaatan bagi seluruh lapisan masyarakat luas, dan bukan hanya bermanfaat bagi segolongan masyarakat saja.

Suatu perubahan yang bertujuan untuk mengangkat kemiskinan suatu bangsa agar menjadi jaya dan makmur adalah merupakan tugas suci dan mulia jika dilandasi kejujuran dan keikhlasan hati. “ Karena sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan keresahan “.

Suatu perubahan yang bertujuan untuk menegakkan perikemanusiaan dan keadilan atas suatu bangsa adalah merupakan perbuatan yang berani dan terpuji, jika dilandasi kasih sayang dan kebajikan yang luhur. Karena perbuatan dapat dikatakan benar jika tidak ada pamrih didalamnya.

Akan tetapi sangat disayangkan sekali, pada era reformasi ini masih saja banyak tangan-tangan yang berbuat nista demi mencari keuntungan pribadi, mencari kesempatan didalam kesempitan yang semakin marak, penonjolan diri kian terlihat jelas.

Pemanfaatan situasi pun semakin dipergencar, kebodohan dan kepalsuan makin melebar saja. Rasa saling curiga mencurigai dan fitnah serta isu-isu yang tidak jelas menjalar bagaikan wabah virus, jilat sana jilat sini… sikut sana sikut sini.. , hujat sana hujat sini. Karena masing-masing ingin menyelamatkan dirinya, dan merasa paling benar, paling hebat, paling pandai, paling bersih, dan terkemuka di mata manusia lainnya.

Kondisi seperti inikah yang akan kita berikan pada bangsa kita ….?!, kondisi seperti inikah yang akan kita perlihatkan pada dunia….?! Tidak ada larangan atas manusia untuk melangkah, akan tetapi iapun harus tahu dimana ia harus berhenti.

Tidak ada yang dinamakan tingkah laku baik dan terpuji, kecuali yang adil, seimbang diantara semua keadaan dan dapat meletakkan neraca diantara kekuatan hati - kemauan yang berkobar.

" Rasa keadilan sejati itu terletak dilubuk hati yang paling dalam ".
Dan tidak ada yang mempunyai kelakuan mulia, kecuali seseorang yang dapat mengendalikan nafsu ambisi pribadinya.

Fakta dan sejarah sudah mencatat bahwa sebagian besar manusia perhatiannya sangat tertarik pada larangan, karena enggan melakukan yang disuruh Tuhan. Sangat terpengaruh kepada harta benda kekayaan duniawi, sebab mengabaikan kebutuhan rohani. Nekad melakukan yang buruk lagi tercela karena tergoda oleh setan dan manusia yang durhaka ingkar kepada petunjuk Al-Khaliq lalu melibatkan diri kedalam syirik, berbicara seperti orang latah, karena lidah tidak disesuaikan dengan isi kitab Allah dan Sunnah Nabi. Kurang rasa malu, sebab iman tidak bersinar dalam kalbu, suka melanggar peraturan tanda kelemahan iman didalam dada.

Maka dengan suri tauladan Nabi Saw yang memberi tuntunan kejalan sebaik-baiknya dan mendapatkan suatu petunjuk yang sanggup membawa manusia kepada hati suci, jiwa bersih dan rohani tinggi, serta citra yang luhur.

Demikianlah seseorang harus bersifat yang terpuji, yaitu : keras kemauan, berani, tahu berterima kasih, suka bertawakal kepada Allah Swt, ridha dengan taqdir yang menimpa dirinya, sabar atas segala ujian dan cobaan, suka berkorban dan merasa puas dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah, yang kamu dustakan …?!!.
" (Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tangan kamu sendiri, maka bahwasannya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tiada menghendaki kesukaran".
(Q.S. : 2 : 182-185) Selengkapnya...